Kampung Lawas Ketandan di Kunjungi Wisatawan Mancanegara dan Mahasiswa Asing Belajar Membatik Dalam Program Padat Karya Surabaya

Surabaya, LiputanhukumIndonesia.com – Program padat karya yang digagas oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi benar-benar mengangkat perekonomian warga Kota Surabaya. Pasalnya, sudah banyak warga yang mendapatkan penghasilan dari program padat karya itu. Bahkan, sejumlah rumah padat karya sudah mulai dilirik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Mereka mulai mengunjungi dan bahkan belajar membatik di rumah padat karya itu.

Salah satu padat karya yang sudah dikunjungi dan dijadikan tempat belajar adalah Kampung Batik Tin Gundih di Jalan Sumber Mulyo IV, Kelurahan Gundih, Bubutan, Surabaya. Kampung Batik Tin yang diresmikan Wali Kota Eri pada Jumat (24/6/2022) itu, menjadi tempat belajar batik bagi mahasiswa asing. Mereka belajar di kampung tersebut pada 8 November 2022.

“Saat itu ada 15 mahasiswa asing yang belajar di tempat kami. Mereka berasal dari Bangladesh, Pakistan, Myanmar, Thailand, Filipina, Singapura, dan juga Malaysia. Mereka sangat enjoy di tempat kami mulai dari siang hingga malam,” kata Koordinator Perajin yang sekaligus Ketua RW 4 Siswojo, Kamis (17/11/2022).

Kala itu, mereka belajar membatik dan merasakan sensasi membatik, terutama Batik Tin yang merupakan ciri khas kampung tersebut. Di sela-sela membatik, mereka juga mengapresiasi dan berharap supaya Batik Tin itu bisa terus berkembang hingga ke mancanegara.

“Alhamdulillah mereka mengganti kain dan pewarna kami, dan alhamdulillah itu menjadi pemasukan tersendiri bagi para perajin,” katanya.

Siswojo juga menegaskan bahwa sebelum mahasiswa asing itu datang untuk belajar, sebenarnya sudah ada mahasiswa nusantara dari berbagai daerah di Indonesia yang datang terlebih dahulu ke kampung tersebut. Mereka berasal dari Maluku, Irian Barat, NTT, NTB, dan juga Kalimantan.

“Kalau yang dari mahasiswa nusantara ada 20 mahasiswa. Mereka belajar membatik juga. Jadi, di tempat kami sudah sering jadi jujukan belajar membatik. Terimakasih banyak Pak Eri dan jajaran pemkot yang telah memperhatikan kami dan membantu kami untuk terus berkembang,” katanya.

Camat Bubutan Ferdhie Ardiansyah mengaku bangga karena Kampung Batik Tin kini sudah dikenal warga dari luar negeri. Makanya, ia pun berharap para mahasiswa yang telah belajar di kampung tersebut bisa menyebarkan informasi itu kepada saudara atau teman-temannya di negaranya, sehingga mereka ikut tergerak untuk datang ke Surabaya, terutama ke Kampung Batik Tin di Bubutan.

“Yang paling penting, di tempat padat karya itu bisa menyerap pekerja, karena sekarang ini sudah ada 25 warga yang terlibat dalam produksi pembuatan Batik Tin Gundih. Mereka terdiri dari 16 MBR dan 9 warga non-MBR,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa sebelumnya para perajin ini telah mendapatkan sejumlah pelatihan keterampilan membatik dari Kelurahan Gundih. Bahkan, kini mereka juga mendapatkan pendampingan dari sejumlah kampus di Surabaya.

“Alhamdulillah sekarang sudah banyak pesanan mereka, dan tentunya itu bisa mengangkat perekonomian mereka,” ujarnya.

Selain padat karya di Kecamatan Bubutan, ternyata padat karya yang ada di Kecamatan Genteng juga sudah dikunjungi wisatawan mancanegara. Setidaknya sudah ada dua wisatawan mancanegara dari Austria yang mengunjungi padat karya di Kampung Ketandan Kelurahan Genteng pada 21 Oktober 2022 lalu.

“Jadi, di Joglo di Ketandan itu kami bentuk padat karya membatik yang baru dibentuk sekitar Agustus lalu. Nah, ketika wisatawan mancanegara itu berkunjung ke Kampung Ketandan, mereka juga tertarik dengan batik kami dan akhirnya membeli batik khas Ketandan itu,” kata Camat Genteng Muhammad Aries Hilmi.

Sebenarnya, di Genteng sudah ada beberapa padat karya yang bentuk pihak kelurahan dan kecamatan, yaitu di Kampung Ketandan dan di Peneleh. Di dua tempat tersebut, masing-masing ada 10 MBR yang menjadi perajin batik. Kini, mereka juga sudah banjir orderan.

“Nah, dalam waktu dekat ini, infonya ada rombongan wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Peneleh, sehingga kami akan pasarkan juga batik milik kami. Melalui cara ini, tentu ini akan sangat membantu warga untuk membangkitkan perekonomiannya,” pungkasnya.

-Harapan dan Cita kelompok Batik Shibori Ketandan:

— Harapan Kedepannya, saya sebagai ketua PKK RW IV program batik shibori ini benar benar jadi program padat karya yang  menjadi sumber ekonomi untuk warga MBR dan menjadi pusat pembelajaran batik untuk sekolah” dan universitas” Dan tentunya untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri, mengingat ketandan sebagai kampung wisata…(Ibu Eni Rohmaningsih)

— Harapan saya sebagai kader, Semoga program kain shibori ini menjadi contoh bagi warga sekitar yang mempunyai keahlian lain.  dan banyak pelajaran yg bisa dipetik dari membuat kain shibori ini, diantaranya Ketekunan, kesabaran dan beragam tantangan ide yang harus kita hadapi.

Semoga perjuangan ini menghasilkan kesuksesan dan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, khususnya ibu-ibu rumah tangga yg tidak berpenghasilan. Berharap program kain shibori ini membuat kampung Ketandan menjadi kampung industri rumahan yg menghasilkan pundi’ dolar warganya. Aamiiin PERUBAHAN HIDUP BERAWAL DARI DIRI SENDIRI & DIMULAI DARI HAL-HAL KECIL (Ibu Nur Hidayat)

— Harapan saya sebagai kader, Semoga program kain shibori ini bisa menjadi salah satu produk yang bisa menghasilkan ladang rezeki bagi ibu-ibu warga Ketandan. dan kain shibori kita, tidak hanya dikenal warga lokal saja tapi juga sampai ke mancanegara. Aamiin (Ibu Rahayu)

— Harapan saya sebagai anggota pelatihan ini agar terpacu untuk terus berkreasi, membuat motif dan mempoduksi kain batik bersama anggota yang lain agar di pasarkan, di tampilkan dan di kenal oleh warga surabaya. menjadi masyarakat yang tetap maju dan dinamis menghasilkan produk kain dan kampung batik yang modern.

(Ibu Yusminarti)

— Alhamdulillah saya sudah diikut sertakan belajar membatik dalam program “Padat Karya”. Sebagai pembatik pemula tentu saya senang sekali dengan hasil yang diluar dugaan dan sangat luar biasa, menurut saya dengan hasil yang bagus serta pemasaran yg begitu cepat mendapat respon dari konsumen.

Saya berharap untuk dapat memproduksi yg lebih banyak dan lebih berkualitas agar konsumen bisa puas dengan warna dan motif pilihannya.  Dengan begitu produksi batik shibori Ketandan akan dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing dan bisa menjadi produksi CRAFT yang akan menjadi IKON bagi kampung Ketandan selain produksi UMKM MAMIN yang telah lebih dahulu dikenal masyarakat serta dapat mendulang hasil yg lebih memuaskan bagi ibu – ibu sebagai produsen khususnya dan masyarakat kampung Ketandan pada umumnya, Mari kita raih perubahan Selangkah lebih Maju dengan “Semangat tanpa Sambat” (Ibu Siti).

— Harapan saya sederhana, Agar pelatihan batik ini menjadi salah satu program yang akan terus berjalan dan menguntungkan kampung ketandan, khususnya. jadi tolak ukur  kampung lain yang baru ingin memulai. jadi destinasi wisata bagi turis luar maupun dalam negeri. dan semoga ibu ibu di lingkungan kampung ketandan terpacu untuk giat menjual dan mempromosikan usahanya

(Carla Della C )

— Harapan saya sebagai Ketua RW IV Ketandan dalam program Batik Shibori adalah, yang pertama tentunya kita bangga sekali bahwa Batik Sebagai warisan dunia kini bisa dipakai semua oleh orang, harapannya tentunya warga Ketandan minimal harus banyak belajar melestarikan budaya tersebut dengan cara mengikuti program program pelatihan khusus membatik.

— Yang kedua selain bisa mahir dalam teknik dan desain maka warga ketandan juga butuh belajar teknik marketing serta bagaimana membranding Batik Shibori bisa menjadi ikon kampung wisata.

Dan yang paling penting adalah bisa menjadi program padat karya kampung ketandan dengan harapan warga bisa produktif dan dapat menambah penghasilan ekonomi dari hasil menjadi pengrajin Batik Shibori…

(Bapak Indra Bagus Sasmito)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *