Lea Elfara Raih Penghargaan Internasional di World Meet 2024 dan Gelar “PRINCESS” dari Kerajaan Thailand 

JAKARTA — Liputan Hukum Indonesia

 

Lea Elfara dikenal sebagai seorang artis penyanyi religi, model, dan pengusaha. Ia lebih banyak fokus menjalankan dunia bisnis mulai usia 18 tahun (setamat SMA) dibanding dunia entertaintment.

 

Karena ketekunan dan kegigihannya dalam menjalankan bisnis itulah, pada usia 25 tahun ia sudah menjadi seorang miliarder muda, hingga dapat penghargaan dari sebuah instansi nasional sebagai “The Best Young Multitalented Entrepreneur”.

 

Saat itu belum banyak para pengusaha di bawah usia 30 yang sudah jadi miliarder, tidak seperti zaman now yang sudah banyak miliarder muda karena dunia sudah berubah ke era digital, dimana dikuasai oleh anak-anak muda milenial dan genZ.

 

Selama perjalanan hidupnya, Lea sudah banyak meraih penghargaan dari berbagai event, instansi dan organisasi nasional. Dan pada tanggal 8 Mei 2024 kemarin Lea baru saja meraih penghargaan internasional (International Award) dari World Meet Council Organization 2024 yang berpusat di Amerika Serikat (USA). Tapi tahun ini acaranya digelar di Bangkok, Thailand. Ada perwakilan dari 55 negara yang hadir untuk terima award.

 

Perwakilan dari Indonesia ada Lea Elfara, Putri Ariani (penyanyi top disabilitas yang buta yang sudah go intenasional), H.R.H Princess Mufida Rayya, Raja Pajajaran Siliwangi Jawa Barat, Raja Bali, dan Raja Kutai Mulawarman Kalimantan).

 

Lea meraih gelar Her Royal Highness (H.R.H) “Princess” dari Kerajaan Thailand. Penghargaan tersebut berupa selempang kerajaan Thailand, medali emas, plakat dan sertifikat. Yang langsung diberikan oleh The Queen of Thailand, Dr. Jurapas Pitaksethakarn, dimana ia juga sebagai President of World Meet.

 

Penghargaan yang diberikan ini merupakan penghormatan dan apresiasi dari World Meet atas dedikasi Lea hingga ke tingkat global dalam bidang Perdamaian (Peace), Kemanusiaan (Humanity), Seni (Art), Budaya (Culture) dan Pengembangan Ekonomi (Economic Development).

 

Lea masih terus menjalankan kegiatan itu semua hingga saat ini. Selain berbisnis di dalam dan luar negeri, Lea juga aktif sbg Humanitarian Activist (aktivis kemanusiaan) di tingkat global, seperti kegiatan kemanusiaan (charity) peduli Palestina.

 

Dan ia tidak menyangka sama sekali kalau kegiatan sosial untuk Palestina yang ia lakukan dari beberapa tahun lalu akan membawanya sampai meraih penghargaan internasional ini.

 

Karena ia menjalankan kegiatan charity tersebut ikhlas lillahita’ala (karena Allah SWT) semata. “Ternyata benar seperti yang diajarkan di buku Quantum Ikhlas bahwa IKHLAS akan menghasilkan KEAJAIBAN (Ikhlas =m Miracle).

 

Dan inilah yang terjadi pada saya sekarang. Alhamdulillah. Karena itu saya anjurkan kepada semua teman-teman untuk melakukan segala sesuatu dengan niat baik karena Allah, maka insyaAllah hasil akhirnya pun akan baik”, paparnya.

 

Lea seorang yang senang belajar sehingga punya skill (kemampuan) banyak dalam berbagai bidang (multitalented) dan senang juga berorganisasi sehingga memiliki networking yang luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sehingga menjadikannya ia selalu diangkat sebagai sekretaris umum (sekretaris jenderal) atau ketua bidang Hubungan Internasional di beberapa organisasi yang diikutinya.

 

Sejarah World Meet (Pertemuan Dunia) awalnya adalah untuk memupuk persatuan internasional. Diciptakan sebagai ide visioner oleh Direktur M.A Ali dari India, yang kemudian didukung oleh Tony Taylor dari Amerika Serikat dan Queen Jurapas Pitaksethakarn dari Thailand. Perjalanan luar biasa ini telah terungkap dalam berbagai edisi, masing-masing ditandai dengan meningkatnya gaung global.

 

Pertemuan Dunia perdana, yang diadakan pada tahun 2019, merupakan pertemuan sederhana dengan hanya sedikit negara yang hadir untuk mendapat penghargaan (awardee). Namun pada tahap awal, acara ini menunjukkan potensi untuk menjadi saluran pertukaran seni budaya dan saling pengertian. Gagasan sutradara M.A Ali mulai berakar, menabur benih perjalanan transformatif.

 

Pertemuan Dunia ke-2 pada tahun 2022 menandai momen penting dalam sejarah acara tersebut. Seiring tersebarnya kabar tentang perpaduan unik antara keunggulan seni budaya dan keharmonisan diplomatik, semakin banyak negara peserta yang mendapat penghargaan. Visi sutradara MA Ali mendapatkan perhatian, dan acara tersebut menjadi jembatan simbolis, menghubungkan beragam seni budaya.

 

Pertemuan Dunia ke-3 pada tahun 2023 merupakan sebuah tonggak sejarah yang menarik dengan memberi penghargaan kepada nominator dari 32 negara. Royal Rattnakoshin Hotel di Bangkok menjadi tempat berkumpulnya persahabatan internasional, dengan pejabat seperti Yang Mulia Drs. Rd. H Sany Wijaya Natakusuma, S.H (Raja Pajajaran Siliwangi Jawa Barat) ikut memeriahkan acara tersebut sebagai penerima penghargaan (Awardee).

 

Tokoh-tokoh terkemuka, termasuk Ayesha Noor, diberi penghargaan atas dedikasinya dalam bidang kemanusiaan, seni dan budaya, sehingga menjadikan acara tersebut menjadi tontonan besar.

 

Sekarang saatnya World Meet edisi ke-empatnya di tahun 2024, antisipasinya semakin tinggi dari sebelumnya. Acara tahun ini menjadi puncak dari dedikasi dan pengakuan global selama bertahun-tahun. Dengan lebih dari 50 negara yang hadir, acara ini menggarisbawahi daya tarik universal dan dampaknya dalam skala global.

 

Pengakuan Lea Elfara, dengan penghargaan internasional ini menambah makna penting bagi World Meet sebagai sebuah platform yang menghormati individu yang sudah berdedikasi atau berkontribusi positif kepada masyarakat di tingkat global.

 

“Dan dengan saya mendapat penghargaan ini semoga bisa mengisnpirasi banyak orang dan menjadi trigger (pemacu) bagi diri saya dan oranglain untuk terus berkarya hingga di tingkat global. Dan penghargaan ini saya persembahkan untuk Indonesia tercinta”, paparnya.

 

Digelar di Royal Rattnakoshin Hotel yang ikonik pada tanggal 8 Mei, World Meet 2024 menjadi tonggak sejarah. Warisan World Meet tidak hanya mencerminkan perayaan keunggulan dalam seni saja, tetapi juga promosi keharmonisan global dan pemahaman budaya.

 

Lea sangat berterimakasih kepada Allah SWT, orangtua, kakak adik dan sanak saudara, juga para juri panitia World Meet yang sudah mengapresiasi dan menilai segala aktifitasnya selama ini di bidang ekonomi, sosial (kemanusiaan), seni, dan budaya, hingga bisa dapat penghargaan yang luar biasa ini. Lea juga berterimakasih sekali pada rekannya Princess Mufida Rayya atas perhatian dan supportnya.

Lea rasanya haru bercampur bahagia, karena untuk mendapat award ini tidaklah mudah, katanya sih banyak kriteria penilaiannya.

 

Melihat ke depan, kisah World Meet mengundang individu dari berbagai latar belakang untuk bersatu dalam semangat persatuan, menjadikan perayaan internasional ini sebagai bukti nyata kekuatan seni bela diri dalam menciptakan dunia yang harmonis.

 

Lea Elfara dikenal sebagai pebisnis yang cantik, cerdas, aktif, kreatif, produktif, handal, tangguh dan humble (rendah hati) dengan menduduki beberapa jabatan strategis di berbagai perusahaannya baik yang di dalam negeri maupun luar negeri.

 

Berdasarkan dari pengalaman karier bisnisnya yang sudah sukses di usia muda itu, Lea belum lama ini membangun organisasi IPMI bersama beberapa teman-temannya, yaitu Ikatan Pengusaha Milenial Indonesia, sebuah organisasi bagi para pengusaha muda milenial (usia 20 hingga 40 tahun) sebagai wadah berkumpulnya para pengusaha milenial untuk menjadi generasi hebat dalam membantu program pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang adil, makmur dan sejahtera.

 

Lea Elfara memandang kesuksesan itu adalah bagaimana kita bisa bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Lea kecil di usia genZ memang sudah menjadi miliarder muda, namun dalam perjalanan bisnisnya itu tentu Lea juga pernah mengalami jatuh bangun dan pasang surut, tetapi saat jatuh ia berusaha bangkit lagi dan lagi. Karena saya pernah ingat pesan dari seorang pengusaha besar yang pernah berkata :

 

“Jadi seorang pebisnis itu jangan cengeng dan pantang menyerah kalau mau benar-benar sukses. Kalau mau jadi pengusaha besar atau orang besar, pasti ujiannya pun besar. Maka dari itu seorang pengusaha harus sabar, Beliau tangguh dan bermental baja”, ungkapnya sambil mengakhiri wawancara ini.

 

 

Penulis: Suhaili

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *