Tebuireng, LiputanhukumIndonesia.com – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, Mahfud MD menghadiri peringatan 1000 hari wafatnya KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), di halaman RS Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, Sabtu (29/10/2022).
Dalam kesempatan itu Mahfud MD memberikan tausiyah kepada hadirin. Di awal pembicaraan beliau menyatakan bahwa mempelajari dan meneladani sejarah merupakan bagian dari pada perintah Al-Qur’an,
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسࣱ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدࣲۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِیرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
“Lihatlah sejarah masa lalu (dunia) untuk membangun masa depan (akhirat). Dari sejarah kita tahu setiap akibat dari kegiatan karena hal itu sudah ada rumusnya dalam sejarah. Untuk apa mempelajari sejarah? Bahwa setiap perbuatan itu ada akibatnya, kalau anda baik maka akibatnya baik, kalau anda jelek maka akan jelek,” begitu kata pria asal Madura itu di awal tausiyah.
Maka ketika Allah berfirman,
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن یُقۡتَلُ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أَمۡوَ ٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡیَاۤءࣱ وَلَـٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup,tetapi kamu tidak menyadarinya.
Adalah sebuah bukti bahwa Gus Sholah dengan Idenya, semangatnya, dan pribadinya masih hidup bersama dan menghidupi sekitarnya untuk memenuhi gairah dalam cara hidup yang benar.
Bukti sejarah itu terkadang juga mukjizat, hal yang tidak masuk akal. Sebagaimana cerita dalam Al-Quran yang menggambarkan bagaimana proses pengejaran Firaun terhadap Nabi Musa. Dan di akhir itu Firaun menyadari kesalahannya,
وَجَـٰوَزۡنَا بِبَنِیۤ إِسۡرَآءِیلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتۡبَعَهُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَجُنُودُهُۥ بَغۡیࣰا وَعَدۡوًاۖ حَتَّىٰۤ إِذَاۤ أَدۡرَكَهُ ٱلۡغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱلَّذِیۤ ءَامَنَتۡ بِهِۦ بَنُوۤا۟إِسۡرَآءِیلَ وَأَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِینَ
Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan (yang benar) melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri).”
ءَاۤلۡـَٔـٰنَ وَقَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَكُنتَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِینَ
Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.
فَٱلۡیَوۡمَ نُنَجِّیكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنۡ خَلۡفَكَ ءَایَةࣰۚ وَإِنَّ كَثِیرࣰا مِّنَ ٱلنَّاسِ عَنۡ ءَایَـٰتِنَا لَغَـٰفِلُونَ
Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami. (Surat Yunus: 92)
Ayat itu turun sekitar 1400 tahun yang lalu, tapi pada tahun 1896 tubuh Fir’aun benar-benar ditemukan di wadi’ al-mulk di Mesir. Ahli bedah dari Perancis menyatakan bahwa jasad itu benar-benar Fir’aun. Sekarang tubuh Fir’aun disimpan di museum Al-Tahrir. Artinya kita belajar bahwa orang biadab seperti Fir’aun hanya akan menjadi mayat yang di museumkan saja.
Pada tahun 1983 ada seorang arkeolog, Nicoles pergi ke Yaman. Dia mau mencari benda-benda purbakala, karena di Timur Tengah banyak benda purbakala. Ada batu bertuliskan sesuatu, tapi ia tidak tahu bacanya. Lalu ia datang ke Sorbonne menemui Profesor Fertineto. Ternyata batu itu adalah tulisan itu adalah Tsamud-‘Ad. Dan ia pergi ke perpustakaan Al-Azhar dan cari kata di Al-Qur’an dengan kata kunci ‘Ad.
أَلَمۡ تَرَ كَیۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ (6) إِرَمَ ذَاتِ ٱلۡعِمَادِ (7) ٱلَّتِی لَمۡ یُخۡلَقۡ مِثۡلُهَا فِی ٱلۡبِلَـٰدِ (8) وَثَمُودَ ٱلَّذِینَ جَابُوا۟ ٱلصَّخۡرَ بِٱلۡوَادِ (9)
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) `Ad? (Yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum `Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, dan (terhadap) kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. (Surat Al-Fajr: 6-9)
Kaum ‘Ad itu adalah kelompok-kelompok yang tidak beradab. Sehingga Allah marah dan meruntuhkan kota Iram, kotanya kaum ‘Ad. Itu kalau kita belajar sejarah terhadap orang-orang yang mengecewakan Allah pasti akan dimusnahkan.
“Berbeda dengan orang baik, ia akan selalu dikenang. Sehingga kita berkumpul di sini untuk mengenang Gus Sholah, karena ide dan pribadinya yang layak untuk diteladani. Saya termasuk orang yang 1,5 jam sempat mengunjungi beliau sebelum menghembuskan nafas terakhirnya,” kenang Menkopolhukam saat di podium.
Ide Politik Gus Sholah
Mahfud MD menceritakan bahwa ia pernah menghadiri diskusi kenegaraan dengan Gus Sholah, Gus Mif Rohim. Ada hal-hal menarik yang disampaikan Gus Sholah waktu itu. Kata gus Sholah perjalanan bangsa Indonesia ini diwarnai oleh pertentangan tentang Pancasila. NU baru menerima pancasila pada tahun 1984. 1945 NU termasuk kelompok yang ngotot mendirikan negara Islam. Tapi hal itu tidak bisa dilakukan secara konstitusional, sebab konstitusi negara ini adalah Pancasila.
Di tahun 1974 baru ada undang-undang perkawinan yang Islami. Artinya meskipun NU tidak bisa berkonstitusi dalam bentuk Islam, tapi undang-undang negara diupayakan bernafas Islam. Tahun 1991 ada Kompilasi Hukum Islam (KHI). Sebenarnya banyak yang menentang hal tersebut. Tapi lambat laun banyak yang terbuka. Karena apa? Karena hukum itu sesuai dengan nilai sosiologis, maka tidak bisa hukum itu diterapkan kalau melanggar nilai. Lalu apa kaitannya dengan negara?
Gus Sholah ini mewarisi ide KH. Hasyim Asy’ari tentang negara, karena bagi Hadratussyaikh ketika itu yang melihat kondisi politik Arab sedang mengalami gejolak. Yakni pergantian antara Raja Syarif Husein dengan Ibnu Saud Wahabi. Pemerintah anyar melarang adanya Ahlussunnah wal Jamaah, semuanya harus Wahabi. Melihat hal itu hadratussyaikh mengirim Komite Hijaz untuk berdialog dengan Ibnu Saud agar Sunni tidak dilarang.
Bagi Sunni bentuk negara Islam yang dikenal khilafah bukan merupakan produk ijtihadiyyah, bukan kemutlakan dalam ajaran Islam. Yang terpenting adanya negara itu untuk melindungi maqasid al-syariah lima hal itu, agama, harta, jiwa, benda, keturunan, dan akal. Itu orientasi negara, dengan bentuk apa pun negaranya.
Bagi Islam negara itu adalah alat untuk melaksanakan perintah Islam. Itu lah yang kemudian dibangun oleh ijtihad para ulama’ kita. Oleh sebab itu negara kita sudah berdiri tapi diserang lagi, maka keluarlah Resolusi Jihad. Santri itu tidak usah lah merasa menjadi tamu di negaranya sendiri, lah wong dia yang punya santri sendiri. Ya memang dulu posisi santri sempat dikesampingkan karena tidak mempunyai gelar dari pendidikan formal.
Namun, oleh KH. Wahid Hasyim pada tahun 1951 itu membuat Mou dengan menteri pendidikan dari Masyumi, Bahder Djohan. Kyai Wahid Hasyim meminta menteri pendidikan agar pesantren diberi pendidikan formal layaknya sekolah umum, sebagai upaya pemberian efek kesetaraan dengan pendidikan lainnya.
Tahun 60-an sudah banyak santri menjadi pegawai-pegawai di kantor pemerintahan. Tahun 70-an banyak juga santri yang menjadi sarjana, insinyur, dokter. 80-an sudah banyak menjadi doktor, 90-an sudah banyak santri yang menjadi profesor.
Pada tahun 1998 di Kairo ada Universal Deklarasi of Responsibility semua mengatakan bahwa Hak Asasi yang ada di Timur itu berbeda dengan yang dirumuskan PBB. Karena orang Timur itu beradab. Dan hal itu sudah dimasukkan dalam UUD kita yang baru, Pasal 22D ayat 2. Apa isinya, bahwa HAM itu dapat dikurangi tidak dihargai tidak dilindungi negara berdasar pertimbangan agama dan budaya. Sehingga sudah masuk nilai agama dalam negara.
“Ada kalimatun sawa’ yang harus diperjuangkan oleh kita sesama bangsa negara, terutama dalam kehidupan sosial politik. Menolak korupsi, kejahatan, pelecehan, pelanggaran HAM.” Pungkas Mahfud MD.
Tahlil dan doa bersama ini dihadiri 250 undangan dari dzurriyah, sahabat, dan kolega Gus Sholah. Turut hadir Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Emil Elestianto Dardak, Wakil Bupati Jombang, Sumrambah, dan tokoh lainnya.