Jakarta, Liputan Hukum Indonesia.-
Mengikuti cerita, tontonan, dari berbagai sumber, benar-benar memperkaya pandangan kita terhadap semua hal yang berlaku dalam perjalanan kehidupan.
Tinggal kita teliti menyaring, mana yang baik dan mana yang buruk dari info yang kita dapat.
Kali ini saya membahas masalah “meleles” atau “memungut”.
Terinspirasi tontonan dari beberapa channel di youtube, ternyata kegiatan ini banyak juga di lakukan orang-orang. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri, tentu dengan cara yang berbeda.
Ada yang dengan cara benar – benar meleles dari pasar, sisa – sisa pedagang yang tidak lagi layak jual dan sudah di tinggalkan pedagang nya, atau barang itu terjatuh, yang tentu saja masih dalam kualifikasi layak pakai atau makan, dengan di olah terlebih dahulu, Seperti sayur mayur, perbumbuan, bawang merah, bawang putih, cabe, dan sebagainya.
Atau dengan cara bekerja sama dengan pelaku usaha, seperti restoran, hotel, cafe, atau supermarket, yang memiliki quality control lebih ketat. Mana barang – barang yang masih bis di jual dan mana barang -barang yg sudah tidak lagi layak jual.
Dua inti yang saya tangkap dari maksud kegiatan ini.
Pertama, kegiatan ini di lakukan, benar2 untuk berusaha bertahan hidup.
Dan saya angkat topi untuk orang-orang golongan ini. Karena mereka menepis rasa gengsi, rasa malu. Rata-rata mereka berpedoman, daripada mencuri, lebih baik mereka melakukan ini, untuk keamanan perut mereka.
Real, mereka lebih terhormat daripada para koruptor donk yaaa…
Jangan bicara masalah “beda kelas”,
yang jelas koruptor pun melakukan itu untuk keamanan perut mereka yang serakah.
Alasan kedua, mereka berfikir, daripada
“Mubadzir”
Ini pun tidak kalah terhormat. Hal-hal kecil yang seringkali terlewat oleh pikiran kita.
Satu butir bawang merah yang terjatuh, atau sayur mayur yang “layu sedikit”, bisa mereka manfaat kan, dan tidak lagi jadi barang yang mubadzir, yang terbuang begitu saja.
Selanjutnya, dengan adanya fenomena ini, seharusnya, kita, yang masih mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan berbelanja normal, lebih bersyukur dan tidak memandang rendah orang yang tidak atau belum memiliki kemudahan seperti kita.
Berempati.
Waullohu a’lam bisshowab.
Medio Januari 2025
IIS ALI